ARSITEKTUR: FIRMITAS, UTILITAS, dan VENUSTAS


Menurut Vitruvius dalam bukunya Ten Books on Architecture (Book I Chapter III), Arsitektur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ‘the art of building’, ‘the making of timepieces’, dan ‘the construction of machinery’. Kesemuanya itu harus dibangun dengan porsi yang pas dengan mengandung daya tahan, convenience, dan keindahan. Ketiga aspek itu disebut olehnya sebagai firmitas, utilitas, dan venustas.

Alam semesta dan segala yang ada di dalamnya ternyata mengandung nilai-nilai kekokohan (firmitas), kegunaan (utilitas), dan keindahan (venustas) yang sangat sempurna. Dan ketiga hal itu ternyata telah Allah tulis dalam Al Quran secara implisit, yaitu dengan sarang hewan-hewan yang menjadi judul surat di Al Quran.
Al Quran mengabadikan lima hewan luar biasa dengan menjadikannya judul sebuah surat, yatu: An Nahl (lebah), An Naml (semut), Al Ankabuut (laba-laba), Al ‘Adiyyat (kuda perang), dan Al Fiil (gajah). Tetapi hanya tiga dari mereka yang disinggung soal sarangnya. Mereka adalah lebah, semut, dan laba-laba.
1. Sarang Lebah: Venustas
dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: “Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia”, kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan. (TQS. An Nahl: 68-69)
Sungguh saya mengagumi para lebah. Pernah denger istilah “Be Like Bee”? Lebah mengambil yang baik dengan cara yang baik dan menghasilkan yang baik. Lebah mengambil nektar (cairan manis) dari bunga dengan cara yang baik untuk dijadikan madu yang sangat bermanfaat bagi manusia. Semua kegiatannya positif bukan? Penelitian ilmiah terkini mengungkapkan bahwa untuk memproduksi setengah kilogram madu, lebah harus mengunjungi sekitar empat juta kuntum bunga. Sungguh perjuangan yang berat dan panjang, apalagi itu semua dipersembahkan lebah untuk manusia. Sayangnya kadang manusia menjahili lebah tak bersalah padahal lebah hanya akan menyerang bila diganggu (tidak pernah memulai perkara duluan). Harusnya kita mengambil pelajaran dari sini.
Selain ‘akhlaq’ yang baik, lebah memiliki sarang yang begitu indah. Sarang berbentuk heksagonal dibuat secara berulang, sehingga tersusun komposisi yang menarik dengan proporsi yang tepat.

“…and beauty, when the appearance of the work is pleasing and in good taste, and when its members are in due proportion according to correct principles of symmetry.” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)
Proporsi dan simetri merupakan faktor yang dianggap Vitruvius mempengaruhi keindahan. Hal ini ia dasarkan pada tubuh manusia yang setiap anggota tubuhnya memiliki proporsi yang baik terhadap keseluruhan tubuh dan hubungan yang simetrikal dari beberapa anggota tubuh yang berbeda ke pusat tubuh. Hal ini, kemudian, diilustrasikan oleh Leonardo da Vinci pada Vitruvian Man.
Selain itu, seperti yang telah disebutkan oleh Vitruvius juga, arsitektur yang baik memperhatikan ketiga aspek itu. Memang yang menonjol dari sarang lebah adalah keindahan, namun bukan berarti tidak kuat dan tidak berfungsi.
Menurut ahli matematika, cara terbaik membangun gudang simpanan dengan kapasitas terbesar dan menggunakan bahan bangunan sesedikit mungkin adalah dengan membuat dinding berbentuk heksagonal. Andaikan lebah membangun kantung-kantung penyimpan tersebut dalam bentuk lain, akan terbentuk celah kosong di antara kantung satu dan lainnya atau lebih sedikit madu tersimpan di dalamnya.
Kemudian, yang menarik lagi adalah ketika proses kontruksi dari sarang lebah. Mereka memulai membangun sarangnya dari titik yang berbeda-beda. Ratusan lebah menyusun rumahnya dari tiga atau empat titik awal yang berbeda. Mereka melanjutkan penyusunan bangunan tersebut sampai bertemu di tengah-tengah. Tidak ada kesalahan sedikitpun pada tempat di mana mereka bertemu. Perhitungan yang sempurna!







2. Sarang Semut: Utilitas
hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: “Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari”. Maka Dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. dan Dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (TQS. An Naml: 18-19)
Semut adalah binatang yang perkasa dan santun. Ia mampu mengangkat beban yang lebih besar dan lebih berat dari dirinya. Ia mengucapkan ‘salam’ dan ‘berjabat tangan’ kala berpapasan dengan sesamanya. Semut adalah binatang yang berkelompok. Tiap semut ada perannya, entah itu prajurit entah pekerja. Semut memiliki ketajaman indra, sikap hati-hati, kedisiplinan, dan etos kerja yang sangat tinggi. Mereka pun membangung jaringan komunikasi dan pertahanan yang sangat kompleks.
“…convenience, when the arrangement of the apartments is faultless and presents no hindrance to use, and when each class of building is assigned to its suitable and appropriate exposure;..”(Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)
Jadi, yang ditekankan pada aspek Utilitas adalah pengaturan ruang yang baik, didasarkan pada fungsi, hubungan antar ruang, dan teknologi bangunan (pencahayaan, penghawaan, dan lain sebagainya). Pengaturan seperti ini terdapat dalam sarang semut.
Harun Yahya, dalam bukunya ‘Keajaiban pada Semut’, mengumpamakan sarang semut sebagai markas tentara yang sangat sistematis dan ideal. Seluruh ruang yang terdapat di dalamnya dirancang agar setiap prajurit dapat menjalankan fungsinya masing-masing dengan tingkat kesesuaian yang sempurna.
Ruang yang memerlukan energi matahari, walaupun berada di bawah tanah, memperoleh sinar matahari dengan sudut seoptimal mungkin. Sarang semut juga memiliki mekanisme pengaturan panas (sistem ventilasi atau penghawaan) dan sterilisasi ruang yang juga menjadi bukti dari keajaiban makhluk ciptaan Allah SWT ini. Hal tersebut seperti yang dibutuhkan dalam perancangan sebuah rumah sakit.
Ruang-ruang dalam sarang semut yang membutuhkan akses yang cepat dan senantiasa berhubungan dibangun berdekatan. Gudang-gudang penyimpanan bahan makanan mudah dicapai dan terhindar dari kelembaban yang berlebihan. Sebagai pusatnya, terdapat ruang yang cukup luas, yang berfungsi sebagai tempat berkumpul dan pengikat ruang-ruang lainnya. Luar biasa bukan?
Tambahan dari Quran surat An Naml ayat 18 yang ditulis awal, dapat kita ambil hikmah bahwa arsitektur harus melindungi dan mengamankan kita dari bahaya luar (cuaca, hewan buas, dll)
3. Sarang Laba-laba: Firmitas
“perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan Sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (TQS. Al Ankabuut: 41)
“Durability will be assured when foundations are carried down to the solid ground and materials wisely and liberally selected;…” (Vitruvius : Ten Books on Architecture. Book I. Chapter III.)
Firmitas yang dimaksud Vitruvius mencakup penyaluran beban yang baik dari bangunan ke tanah dan juga pemilihan material yang tepat. Vitruvius menjelaskan setiap material yang ia pakai dalam bangunannya, seperti batu bata, pasir, kapur, pozzolana, batu dan kayu. Setiap material dijelaskan mulai dari karakteristik dari tiap jenis-jenisnya hingga cara mendapatkanya/membuatnya. Kemudian, ia menjelaskan metode membangunnya (konstruksi).
Anehnya, sarang laba-laba disebut paling lemah. Lalu, kenapa saya memasukkannya ke dalam firmitas? Ini dia penjelasannya:
Ilmuan Jelinskis dan temannya dari Cornell University, Ithaca, New York, mengungkap rahasia laba-laba. Dalam penelitiannya di laboratorium, di temukan bahwa jaring laba-laba yang di produksi dari tubuh binatang itu sendiri, terbuat dari molekul berbentuk serat,yang tersusun dari 42% residu asam animo glisin, 25% alanin, dan 33% sisanya glutamin, serin, dan triosin.
Analisi Resonansi Magnetik Serat terhadap jaring laba-laba yang mengandung 40% alaninmenunjukan suatu struktur yang terorganisir sangat rapi seperti kristal. Jaring laba-laba ternyata tahan air dan memiliki kekuatan lima kali lebih besar daripada seutas kabel baja dengan ukuran yang sama. Selain itu, jaring ini juga memiliki fleksibilitas yang sangat tinggi, yaitu dapat menahan regangan sampai empat kali panjang awalnya. Keistimewaan lainnya, dengan panjang sekitar 40.000 km (setara dengan panjang keliling bumi), sehelai benang sutera ini bahkan hanya memiliki berat sebesar 320 gram. Betapa kuat, elastis, dan ringan. Para arsitek dari jerman mengembangkan konstruksi lebar yang sangat kuat tetapi tipis yang diilhami dari jaring laba-laba.
Dari segi struktural, jaring laba-laba terdiri dari serangkaian benang-benang bingkai penahan beban, benang-benang spiral penangkap dan benang-benang pengikat yang menyatukan semuanya. Jaring laba-laba merupakan satu kesatuan sistem struktur yang masing-masing bagiannya saling mempengaruhi. Benang-benang pembentuk jaring merupakan benang-benang yang meregang, dan gaya yang bekerja pada struktur adalah gaya tarik.
Pada keadaan normal, benang-benang yang teregang biasanya putus karena retakan yang terjadi pada permukaan akan membelah benang dengan cepat. Gaya-gaya yang bekerja di sepanjang serat terpusat pada retakan dan mengakibatkan sobekan ke dalam semakin cepat. Hal yang menarik, adalah pada sarang laba-laba, komposisi bahan yang terdiri dari rantai asam amino dan kristal mencegah peristiwa ini. Kristal-kristal yang tersusun secara teratur dalam benang menyebabkan sobekan-sobekan yang terjadi berbelok-belok dan melemah. Cara ini kemudian digunakan pula pada kabel-kabel industri yang menahan beban berat, seperti pada jembatan layang dan high-rise building.
Jadi, jaring laba-laba sama sekali tidak lemah. Lantas,mengapa Al Quran menyebut lemah? Firman Allah tidak mungkin keliru. Coba perhatikan ayat di atas baik-baik: ternyata yang di sebutkan lemah adalah rumah laba-laba (baitul ankabut), bukan jaring laba-laba (nusjatul-ankabut/spider-web).
Rumah atau sarang laba-laba inilah yang mungkin bersifat lemah. Karena memang kelemahan dari struktur jaring laba-laba yang hanya menahan gaya tarik ini adalah kurang mampu menahan gaya tekan, terutama gaya tekan yang datang tiba-tiba dan melebihi ambang batas kekuatan bangunan. Karena itu, pada sebagian besar bangunan konvensional, penggunaan baja yang memiliki kekuatan dalam menahan gaya tarik dikombinasikan dengan penggunaan beton yang memiliki kekuatan menahan gaya tekan.
Kemudian sebagai sebuah struktur, kerusakan pada salah satu bagian sarang laba-laba, misalnya putusnya salah satu benang, mengakibatkan bagian lainnya melemah dan berangsur-angsur putus pula. Hal ini dikarenakan, kemampuan menahan gaya tarik yang jauh berkurang pada keseluruhan struktur. Kelemahan lainnya adalah, bagian spiral untuk menangkap mangsa dapat dengan mudah rusak karena hujan, debu atau gerakan mangsa yang terperangkap. Karena itu, jaring laba-laba memerlukan pengurusan terus-menerus.
Mungkin itulah maksud Al Quran mengumpamakan rumah laba-laba ini. Bila kita mengambil pelindung-pelindung selain Allah, iman kita akan mudah hancur seperti jaring laba-laba, sehingga kita disibukkan secara terus-menerus untuk melindungi iman kita dari kerusakan. Padahal seperti rumah, seharusnya iman-lah yang melindungi kita.
Ternyata konsep yang dibawa oleh Vitruvius sudah terkandung dalam ciptaan Allah SWT sehingga konsep tersebut tinggal diterapkan di dalam dunia keilmuan arsitektur. Inilah Arsitektur Islam!
Pemaknaan lebih dalam kepada keilmuan Arsitektur, sejatinya akan mengantarkan manusia kepada kesadaran yang lebih tinggi (transendensi) akan keesaan dan kebesaran Allah SWT. Pada akhirnya, keilmuan menjadi penguat dan penegak keyakinan agama. Ya, Arsitektur adalah ilmu dari Allah.
Previous
Next Post »